Insyallah Saya Bersedia
Tidak lama, empat hari kemudian sang “Pengantin” menyatakan akan mempertemukan kami dengan salah seorang “Pengantin” lain, sebut saja namanya “Pengantin2”. Waktu kemudian diatur, kami menjemputnya di suatu tempat dan kemudian menuju suatu tempat lain di Jakarta.
Kami waktu itu sedang akan membuat tayangan tentang “Pengantin” yang siap mati. Ternyata sang “Pengantin2” lebih muda sekitar 6 tahun dari “Pengantin” yang pertama kali kami temui. Sang “Pengantin2” pernah mengemban tugas membawa bom yang diledakkan di suatu tempat di Jakarta. Satu temannya luka parah pada kejadian itu, sedangkan dia selamat karena bom yang dibawanya adalah bom yang kosong. Jadi ada juga pola untuk memilih pengantin, agar diyakini mati syahid, dengan membawa bom yang beramunisi dan bom yang kosong. Pola ini persis seperti, yang dilakukan oleh tim eksekutor hukuman tembak mati, dari sepuluh anggota eksekutor mati, hanya satu senapan yang diisi dengan peluru api, selebihnya senapan diisi dengan peluru kosong. Dengan cara ini. Semua eksekutor tidak tahu, apakah peluru yang menembus jantung sang terhukum mati berasal dari tembakannya atau bukan.
Dari sang “Pengantin2” mengalir cerita heroisme dan kerelaan untuk mati demi menegakkan agama. “Mas, mengapa mau disuruh melakukan bom bunuh diri?”, “Wah mas, itu bukan bom bunuh diri… itu bom syahid, istilah bom bunuh diri adalah istilah yang disebutkan oleh barat (bangsa)… kita dibenarkan menumpahkan darah dari musuh-musuh agama.”. “Tapi korbannya tidak melulu terkena pada orang yang dituju (barat)”. “Itu menjadi resiko kita, dan mereka yang mati tapi bukan musuh agama, insyaallah mereka juga akan masuk surga, kami melakukan puasa untuk mereka, dan mendoakan agar dosa-dosa mereka diampuni dan amal ibadahnya diterima.”.
“Kenapa sih tidak mengebom saja Kedutaan Besar Amerika, atau Kedutaan negara barat lain… atau tembak saja Duta Besarnya, jadi tidak ada warga yang menjadi korban?”, “Insyaallah kita lakukan kalau ada kesempatan”. “Mas, bisa saja saya ikut menjadi korban yang anda ledakkan?”, “Hehehe, kita tidak tahu takdir orang mas…”.
“Mati syahid itu apa dan bagaimana?”, “Ada dua kategori syahid, satu, syahid yang kita lakukan untuk menegakkan hak kita, misalnya rumah kita dirampok dan kita melawan untuk mempertahankan keluarga dan harta benda kita, maka apabila kita mati, maka kita akan mati syahid. Intinya adalah mati syahidnya kita karena sesuatu yang datang pada kita. Mati Syahid yang lain adalah matinya kita karena melawan musuh-musuh agama kita… misalnya kita ikut berperang di Afghan, Poso atau Ambon lalu kita mati saat perang maka kita mati syahid. Jadi syahidnya kita terjadi karena kita mendatangi kesempatan untuk mati syahid demi urusan agama, nah.. itu termasuk meledakkan bom pada musuh-musuh agama yang mendzolimi kita”.
“Mas ini, pertanyaan terakhir saya,... andaikata anda suatu saat diminta untuk meledakkan bom dan membawa bom syahid itu, apakah anda bersedia?”, sang “Pengantin2” menjawab………. “INSYA ALLAH, SAYA BERSEDIA”.
Almost everything we call "higher culture" is based on the spiritualization and intensification of cruelty- this is my proposition; the "wild beast" has not been laid to rest, it lives, it flourishes, it has merely become-deified.(Friedrich Nietzsche, Beyond Good and Evil, 1885).
Langganan:
Postingan (Atom)
TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017
TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...
-
17 Agustus 2009, hari ini, aku bebas merdeka,… seharusnya ada acara wajib, upacara 17-an pukul 6.30 pagi di kantor, tapi aku dengan kemerdek...
-
1 of 3 2 of 3 3 of 3 Ini adalah Episode program Telisik di ANTV dengan judul Bisnis Narkoba di Dalam Penjara. Episode ini diputar pada Agust...
-
HANTU FENOMENAL DI KBRI WASHINGTON DC Oleh: Alam Burhanan Di Virginia, AS “Mas, tadi malam saya denger main pianonya bagus sekali”...