Kemarin sore 10 Februari 2009, aku datang buru-buru ke kediaman Presiden SBY di Cikeas, Bogor. Sebelumnya aku terima pesen boss menyebut, “Lam, kamu datang ke Cikeas, sepertinya SBY akan kasih kesempatan TV untuk wawancara…”. Kling-klong… otakku muter sejenak. “Kamu nggak pake jeans kan?”. “Wah, aku pake jeans dan sepatu kets, mbak?”. “Pinjem aja ke wardrobe, nanti koordinasi ya”.
Ok, aku langsung ajak dua kru untuk ke Cikeas, sebelumnya sudah ada satu tim disana. Aku mampir dulu ke wardrobe, untuk nganter dua orang kru minjam baju kemeja dan sepatu pantofel. Aku, sendiri pinjam jas hitam aja.
Biasanya kalau urusan dengan kepresidenan, kru yang datan harus rapi, harus berpakaian kemeja, celana bahan dan sepatu kulit. Kali ini acaranya di Cikeas, pasti lebih longgar, tapi untuk jaga-jaga, kayaknya boleh juga pinjem properti.
Setelah urusan pinjam meminjam kelar, aku mampir ke mobilku untuk ganti sepatu kets-casual dengan sepatu kulit. Ada celana bahan di dalam mobil, aku bawa aja, dimasukkin ke dalam tas. Akhirnya yang aku pake adalah, kemeja dengan jas hitam, celana jeans belel dan sepatu kulit hitam. Ayooo berangkat...
Masalah yang sempat hangat adalah pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat yang berbau melecehkan Partai Golkar. Setelah mendapat komentar ”agak” keras dari Jusuf Kalla dan kader Partai Golkar lain, Partai Demokrat kayaknya merasa perlu untuk mengklarifikasi isu yang nggak mengenakkan itu. Cerita soal itu, selanjutnya baca aja di koran ya... kali ini yang aku pingin cerita adalah tentang pakaian sebagai status sosial dan untuk nakut-nakutin orang.
Kenapa aku cuma pinjam jas aja dan tetap memakai jeans. Begini ceritanya: Dulu, waktu presidennya masih Megawati aku pernah melakukan hal serupa. Aku ada perlu mendadak untuk masuk ke lingkungan istana, namun aku pake celana jeans dan tidak memiliki pas atau ID kepresidenan. ID Kepresidenan adalah wajib hukumnya bagi wartawan yang ingin masuk ke lingkungan istana. Kalau tamu, urusannya pasti lebih panjang. Kalau mau ngurus seperti layaknya tamu, pastilah lama. Jadi aku putuskan untuk berangkat aja, urusan kita liat nanti. Sebelum berangkat, aku comot dasi dan jas di wardrobe.
Sampe di lingkungan istana, dengan kemeja, berdasi, berjas dan celana jeans aku mencoba masuk. Aku merasa ”orang Indonesia” masih bermental inlander kok... kita buktikan ya!!!
Dengan percaya diri aku melangkah masuk, isi buku tamu dan pura-pura menelpon selepas pemeriksaan Metal Detector. Setelah itu masih ada penjagaan lain, dengan penampilan dan gaya layaknya orang penting yang berjas, berdasi dan sibuk menelpon, aku bisa masuk ke lingkungan istana, berhasil!!!, penjaga tidak berani dan sungkan menegur. Woowww, semudah itu ya... akses bagi orang berdasi, berjas dan sok sibuk!!!
Nah, kembali ke acara yang kemarin. Di benakku hal seperti itu pasti lebih gampang terjadi karena kegiatannya di rumah bukan di istana.
Begitu sampai di Cikeas, aku liat ada beberapa wartawan yang pake celana jeans. Yuups, aku masuk dengan celana jeans dengan ceria, kalau ada kesempatan wawancara, emangnya nggak boleh kalau pake celana jeans? yang nggak boleh kan kalo nggak bercelana...
Singkat cerita kesempatan wawancara khusus yang dihembus-hembuskan tidak terjadi pada satu wartawan pun, SBY hanya konferensi pers.
Sekarang yang jadi bahan bahan isengan teman-teman wartawan adalah jas-ku. Karena mereka sangat jarang liat aku pake jas, apalagi aku sudah agak jarang meliput ke lapangan, komentarnya beragam, “wuihh, penampilannya beda sekarang”, “makin mantap nich”, “waduh, sukses terus ya...” dan lain lain. Nggak enak juga ya, diisengin dengan pertanyaan seperti itu, tapi aku jelasin aja, “Biasaaa... jaga-jaga kalo nggak boleh masuk oleh penjaga karena pake celana jeans dan nggak berkemeja formal, hahahaha...”. Tapi becandaannya jadi berubah, “Wah, makin pinter nih ngelesnya,....”.
Ternyata, lebih susah ngadepin teman-teman wartawan ya, daripada ngadepin penjaga yang masih bermental inlander!!!
Almost everything we call "higher culture" is based on the spiritualization and intensification of cruelty- this is my proposition; the "wild beast" has not been laid to rest, it lives, it flourishes, it has merely become-deified.(Friedrich Nietzsche, Beyond Good and Evil, 1885).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017
TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...
-
17 Agustus 2009, hari ini, aku bebas merdeka,… seharusnya ada acara wajib, upacara 17-an pukul 6.30 pagi di kantor, tapi aku dengan kemerdek...
-
1 of 3 2 of 3 3 of 3 Ini adalah Episode program Telisik di ANTV dengan judul Bisnis Narkoba di Dalam Penjara. Episode ini diputar pada Agust...
-
HANTU FENOMENAL DI KBRI WASHINGTON DC Oleh: Alam Burhanan Di Virginia, AS “Mas, tadi malam saya denger main pianonya bagus sekali”...
2 komentar:
Mirip kalo kita masuk butik mahal juga kali ya.. Aku pernah diliatin dari atas ke bawah- ke atas lagi dengan tatapan "aneh" sama pramuniaganya lantaran hanya pake sandal jepit plus berpakaian seadanya, beda sama pengunjung2 lain yang "bling-bling".
Habis itu kapok. Selain makan ati liat harganya, juga makan ati disinisin sama pramuniaganya. Hahaha...
(Padahal, emang ga niat beli apa-apa sih, cuma penasaran kayak apa to barangnya itu???)
Pemerintah Malaysia, menerapkan pakaian tradisonal sebagai pakaian resmi kenegaraan. Kalo kita pake jas dan dasi...
Tahun 70-an kita mengekspor guru ke Malaysia sekarang Pembantu Rumah Tangga.
Sekarang Malaysia jauh lebih maju dari kita, dan berani mengejek kita dengan sebutan Anjing Indon.
Harga diri itu dari mental yang merdeka bung!!!
Posting Komentar