Minggu, 04 Januari 2009

Memakmurkan Masjid

Byur, byuur, hahaha.... byur, hahahaha... kedengaran suara anak-anak.
Begitu aku liat, ternyata ada enam anak-anak usia SD sedang berenang dan berloncatan di dua buah kolam di depan Masjid Agung Serang, Banten. Rata rata bertelanjang bulat, hanya ada satu-dua orang saja yang memakai celana pendek, itupun dipake, dilepas, dipake lagi dilepas lagi.

"Hei... Dul, emang boleh mandi disini?", tanyaku. "Hahaha, kok dipanggil Dul?, boleh kok" balas mereka. "Okey, lanjuut" kataku sambil njepret mereka.
Itulah yang menurut aku memakmurkan masjid. Meramaikan masjid dengan sebenar-benarnya. Aku paling nggak suka melihat masjid yang mempraktekkan aturan yang keras bagi anak-anak. Ada masjid yang melarang anak-anak bersuara keras, melarang mereka berkejaran di halaman masjid, melarang mereka pake celana pendek dan banyak lagi aturan-aturan lainnya. Kali ini benar-benar terbuka, mereka bertelanjang berenang di kolam yang sebenarnya pada jaman dahulu adalah tempat berwudhu. Air dalam jumlah tertentu, kalo nggak salah dua kullah, walaupun tidak mengalir, tetap suci dan mensucikan, begitu syariatnya.... cieee :-).

Karena sekarang sudah semakin maju, wudhu tinggal buka kran, maka tempat wudhu di depan masjid sudah tidak terpakai lagi. Jadilah tempat ini menjadi lahan belajar lompat indah dan berenang anak-anak di sekitar Masjid Agung Serang yang lokasinya berada di kawasan situs Banten Lama.

Aku teringat berapa tahun silam, saat aku SD. Aku tinggal di Plaju, Palembang, Sumatra Selatan. Rumah tinggal orang-tuaku di dekat masjid Darul Ridwan. Masjid ini memiliki halaman yang luas di sekelilingnya. Halaman depan ada lapangan yang dijadikan lapangan sepakbola, rumputnya relatif terawat dan selalu hijau. Disebelah kiri masjid ada lapangan lagi, yang juga dijadikan tempat bermain sepakbola, tapi bentuknya tidak selebar halaman depan masjid. Sebelah belakang ada halaman yang lebih luas dan memanjang, tapi tidak biasa dijadikan tempat bermain bola. Kalo di sebelah kanan masjid ada halaman juga tapi tidak dijadikan arena bermain. Hampir setiap sore aku main bola di sekitar masjid. Karena masih kecil (masih SD, coy...) aku biasanya main di halaman kiri masjid, karena halaman depan biasanya yang ikut main sudah serius dan tua, hahaha...., tapi suasananya benar-benar seru dan egaliter.

Melihat anak-anak Serang main di masjid, ingatanku adalah aku juga dulu main di masjid. Masjid benar-benar ramai dan makmur. Tidak perlu memakmurkan masjid diartikan sempit hanya mendatangi masjid untuk ritual keagamaan, hanya main-main pun okey juga.

Sudah lama aku berpikir, kenapa sih masjid menjadi "terlalu" disakralkan. Hanya tempat sholat, ngaji dan ritual keagamaan lain. Mengapa masjid tidak dijadikan tempat berdagang, mengapa tidak ada swalayan yang dikelola pengurus masjid. Mengapa tidak ada kegiatan produktif di kebanyakan masjid.

Benci rasanya melihat orang-orang menadahkan tangan di jalan dengan dalih ingin membangun masjid. Apa nggak malu...tuuhhh. Apa nggak risih, melihat orang menadahkan tangan di masjid karena akan ada perayaan keagamaan.

Masjid umumnya memilliki tempat parkir yang biasanya disesuaikan dengan daya tampung masjid. Itu point lebih, apalagi di Jakarta. Coba andaikan ada ruang tertentu di masjid yang dijadikan swalayan, mini market, tempat kursus, tempat pertemuan yang disewakan. Kelola-lah masjid dengan baik, buat hot-spot, tempat ngopi dan lain-lain. Kayaknya masjid benar-benar bisa "dimakmurkan" dalam artian sebenarnya. Jamaah yang datang bisa ramai, keuangan masjid pun lebih menjanjikan.

Coba bayangkan, andaikan masjid Sunda Kelapa atau Masjid Al Azhar, atau masjid Istiqlal memiliki fasilitas yang baik. Punya swalayan, jadi usai sholat bisa belanja atau sebaliknya. Punya tempat kongkow di halamannya dengan hot-spot dan kedai kopi kecil yang cantik. Punya ruang presentasi, punya ruang pertemuan, aku membayangkan masjid akan selalu ramai dari siang hingga malam. Sekarang tinggal dibuat aturan dan manajemen yang baik.

Kalau masjid punya tempat yang asyik, kita punya alternatif meninggalkan kedai-kedai kopi atau waralaba asing.

Yuuk, kita mengelola masjid dengan rapi. Ada urusan dunia, ada urusan akhirat, tapi dua-duanya bisa seimbang. Asyiiiikkkk...
Suatu saat ada ajakan, "Heiii, ketemuan yuuk sambil ngopi-ngopi di masjid Sunda Kelapa". Atau "Ketemuan yuuk, di Al Azhar". "Makan pecel lele yuuk di Istiqlal" Perlahan tidak lagi ajakan "Ngopi yuuk di St******", atau "Ketemuan yuuk di Ca** ****".

5 komentar:

Anonim mengatakan...

ya udah, nabung yukkkk...

biar bisa bikin masjid mungil yang dilengkapi kedai cantik, ada artshop religi unik, dan hotspot buat ngetik-ngetik

biar protes kita nggak sekadar berhenti di konsep. Asyiiikkkk!

^_*

Anonim mengatakan...

Tulisan kali ini saya pikir lebih santai. Tulisan yang sebelum2nya terlalu serius kalau gak melo:)lagi fall in love?

Masjid besar di deket rumah saya udah ada kiosnya kok. Jualan baju muslim malah ada kios untuk bayar rekening listrik and telpon. Ongkosnya emang lebih mahal 1000 rupiah.Tapi ibu saya lebih milih bayar rekening di situ kalau kepepet.

Karena background mas Alam Palembang kenapa gak buka warung empek2 aja. Soalnya aku gak minum kopi, gimana kalau diganti jualan jus buah2an? Yang jelas dan pasti kayaknya masjid dari dulu paling enak untuk tidurkan?hehehe....

luv:aq

Alam Burhanan mengatakan...

"Tulisan kali ini saya pikir lebih santai. Tulisan yang sebelum2nya terlalu serius kalau gak melo:)lagi fall in love?"

Falling in love?, wow keren... Love is crazy, and it is absolutely right!!! tapi nggak mudah lho.

Masjid rumah kamu dimana? begitu dong yang bener, hehehe. Gimana kalau kita-kita aja yuuk yang buka warung jus? kita mulai membuat masjid lebih hype.


Gimana, Tya, Prita, deal???

Anonim mengatakan...

Ayo mau kapan ke tempat saya? Nanti saya tunjukkin masjidnya, di deketnya lagi ada yang jual bakmi jowo. Wis pokoke bisa tambah subur badan mas.

Love is crazy? Aduh jangan dibuat begitu. Segala sesuatunya tergantung dari mindsetkan? Kalau udah berpikir jelek dulu ya udah bawaannya jelek dulu yang ada:)

Saya jatuh cinta berulang kali. Ampek temen yang deket ama saya komentar: kamu kayaknya diem tapi ternyata...Hehehe...Mumpung masih muda (klise ya?). Yang jelas saya bersyukur diantara bertemu dan berpisah itu saya belajar banyak mengenal karakter laki-laki:)Lho kok curhat???????

Menurut saya cinta bisa dipelajari kok. Saya bukan penganut paham cinta pada pandangan pertama. Saya juga gak mau "jatuh cinta". Aduh konotasi kata "jatuh" itu:( Segala yang namanya "terlalu" itu jelek. Jadi jangan terlalu cinta atau benci sama seseorang atau sesuatu.

Jus buatan saya selalu dipuji bapak. Jadi nanti saya yang jualan jus.Ok bos?

Luv:aq

Alam Burhanan mengatakan...

Saya jatuh cinta berulang kali. Ampek temen yang deket ama saya komentar: kamu kayaknya diem tapi ternyata...Hehehe...Mumpung masih muda (klise ya?). Yang jelas saya bersyukur diantara bertemu dan berpisah itu saya belajar banyak mengenal karakter laki-laki:)Lho kok curhat???????

Hohohoo.... artinya kamu belum pernah merasakan "gilanya" cinta. Cinta adalah "siksaan" yang menyenangkan.

Tya, aku mau jus duren, gimana? hahahaha... jangan tutup idung!

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...