Selasa, 22 Desember 2009

Nyelelek… Gerbong Pansus Burisrowo

Sembilan orang berloncatan ke dalam gerbong. Masih baru gerbong itu, tapi sudah terlihat tidak terawat dengan apik. Warna gerbong yang hijau muda sudah pudar dihiasi dengan beberapa karat di persendian dan tulangnya. Sembilan orang itu, tidak risih dengan kondisi gerbong, mungkin sudah menjadi bagian dari dari kerusakan gerbong-gerbong itu.

Grudag, grudug, krompyang… mak dul.. mak dull… suara sumbang dari dalam gerbong bermunculan tanpa harmoni tak lama setelah sembilan orang itu naik dan menguasai gerbong. Semua membawa pesan dari yang memintanya naik ke atas gerbong. Rekan lainnya adalah kepentingan saja, suara mereka tidak perlu sama, yang penting bunyinya nyaring. Enam ratus halaman laporan investigasi para dewa utusan Bethara Guru tidak pernah dibaca, sehingga bunyinya tak menemukan jawaban yang penting, melainkan hanya pamer jago silat lidah dan interupsi tidak penting.

Ujung jalan gelap, tujuan dari gerbong. Mereka tidak peduli yang penting naik panggung dan menjadi pahlawan. Penduduk di sepanjang jalur yang dilewati gerbong diajak naik, yang mengerti tentang gerbong diajak menyatakan pandangan, yang tak mengerti dihasut dan dijejali pengetahuan yang nihil. Pertanyaan tidak bermutu, hanya membuang waktu, aroma kematian sudah tercium. Akan kemana mereka dibawa?

Ternyata komandan gerbong bernama Burisrowo dan Kartamarma. Kaya dengan omongan nihil mereka mencecar Setyaki. Setyaki dikejar kemana-mana, padahal Setyaki sedang menunggu Prabu Kresna yang sedang bernegosiasi dengan Duryudana untuk membagi Kerajaan Astina, bung… ini masalah kekuasaan.

Setyaki yang sedang mengatur keuangan pemerintahan Prabu Kresna, dianggap alpa dan menggunakan uang rakyat untuk kepentingan kekuasaan Prabu Kresna. Dunia perkeliran tidak menyebut Setyaki dan Prabu Kresna salah, tapi di perkeliran sekarang Setyaki dan Prabu Kresna boleh jadi salah, tapi kalau orang di gerbong mengincar daulat Prabu Kresna yang dipilih 63 persen suara rakyat, mereka alpa besar.Jelas mereka tak mampu merebut kuasa Prabu Kresna, tapi mereka mau mengganggunya dan minta sapi-sapi dari sang Prabu. Dagang sapi.

Bisa jadi muncul goro-goro, Triwikromo dari rakyat… Chaos di Negeri Astina.

Hukum di gerbong sana tak jelas, syahwat berkuasa terlalu merendam otak-otak mereka yang sedikit, mereka memang berpikir politik dan hanya melulu tentang ujungnya, Kuasa!

To predict the behaviour of ordinary people in advance, you only have to assume that they will always try to escape a disagreeable situation with the smallest possible expenditure of intelligence. (Friedrich Nietzsche).

Now, you see!

Kamis, 17 Desember 2009

Mengintip ATA

Bagian 2.

Jam tangan menunjuk pada angka 6.30 sore waktu Singapore, saat aku, Uwo, Eva dan Firman menaiki taksi di depan hotel tua Grand Central Orchad Road tempat kami menginap. Pakaian sudah dipatut layak untuk pesta gala dinner.

Tak sampai 10 menit, kami tiba di lobby hotel Pan Pacific. Karpet merah diinjak untuk mengantar kami ke pintu masuk. Di depan pintu masuk terpasang standing banner bertuliskan Asian Television Awards 14th. Kami diminta panitia untuk foto bareng dulu.

Masuk ke dalam kami disambut dengan gelas-gelas anggur, merah dan putih di baki yang dibawa oleh petugas hotel. Hanya ada dua meja tempat menaruh beragam jenis kacang, sebagai teman minum anggur, di selasar ruang galla dinner, ball room. Tamu berbaju rapi, kebanyakan dengan stelan jas dan baju malam hitam.

Wajah-wajah para tamu tidak aku kenal, mereka berbincang berkelompok-kelompok. Di tengah ruang selasar, kami bertemu dengan Najwa Shihab, Kania Sutisnawinata dan Fifi Aleydia Yahya dari Metro TV. Kania dan Fifi mendampingi Nana yang jadi nominasi The Best Current Affairs Presenter. Aku dan temen-temen mengusung nominasi atas kategori The Best Current Affairs Program. Kami kemudian berpencaran.

Sesuai rencana pukul 07.30 PM, acara gala dinner dimulai, tapi baru mulai pukul 08.00 malam. Acara pengumuman pemenang pun ikut melorot mundur, baru dimulai pukul 10.30, hohoho.

Kami duduk dalam meja bundar no 26, muat untuk sepuluh undangan. Kami berempat, berbagi meja dengan, Tim Talk Asia CNN International, Hongkong, TV Munhwa Korea dan Tim Asia Uncut, Star World Singapore. Makan malam diisi dengan mendengarkan musik Jazz ringan tapi dengan volume sound system yang keras, jadi pembicaraan dengan penghuni meja harus dengan mendekatkan kepala dan suara yang lebih keras. Pembicaraan tentu saja diisi dengan tanya jawab program masing-masing yang masuk nominasi.Rupanya di meja 26 tempat kita gala dinner, ada dua presenter yang masuk nominasi, yakni Anjali Rao dari CNN dan Jon Niermann dari Star World. Tim Korea dan Indonesia mewakili program.

Huh… akhirnya tiba saatnya pengumuman, dan pembawa acaranya mengawali dengan minta maaf bahwa acara mundur kurang lebih satu setengah jam… nah akibatnya itu membuat susunan acara ada yang harus dihilangkan… apakah itu? Aha… ternyata tidak ada winning speech!

Pengumuman berlangsung sangat cepat. Nominasi disebut dan di layar lebar akan muncul cuplikan tayangan sekitar 10 detik. Setelah itu langsung dibacakan pemenang. Jika pada tahun sebelumnya ada tiga kriteria pemenang yaitu Winner, Runner Up dan Hinghly Commended, tahun 2009 ini pemenangnya hanya dua criteria pemenang yaitu Winner dan Highly Commended.

Saat dibacakan nominasi, muncul tepuk tangan dan dukungan, setelah diliat-liat masing-masing Negara mendukung TV asal negaranya yang masuk nominasi. Yang paling seru berteriak mendukung adalah peserta dari India. Dari Indonesia hanya ada dari ANTV empat orang dan Metro TV tiga orang. Pada saat di selasar kami sudah berjanji akan saling mendukung, tapi alamak.. saat dibacakan nominasi dukungan kami tertelan besarnya ruang gala dinner, … nyaris tak terdengar!

Najwa Shihab, diumumkan sebagai Hinghly Commended untuk The Best Current Affairs Presenter, saat tepuk tangan kami untuk Najwa belum usai ternyata pemenangnya teman satu meja kami, Anjali Rao dari CNN, hehehe… Akhirnya tepuk tangan aja terus.

Satu per satu nominasi dibacakan…. Huh, … masih panjang daftar antriannya. Kira kira setengah jam setelah Najwa diumumkan, tiba saat pengumuman nominasi untuk The Best Current Affairs Program.

Nominasinya adalah:

Poisoning the Poor, Electronic Waste in Ghana,Daehan Mediaworld, Korea.
Drugs Business Inside Prison Cell PT. Cakrawala Andalas Televisi Indonesia.
I Survived ABS-CBN Broadcasting Corporation,Philippines.
Man Made Marvels - Sydney Opera House Discovery Networks Asia-Pacific,Singapore.
PD Notebook - Barricaded Plaza, Human Rights in Custody, Munhwa Broadcasting Corporation (MBC) Korea.

Setelah seluruh nominator disebut, langsung saja diumumkan bahwa peraih Highly Commended adalah ANTV, dan lagi-lagi tepuk tangan nyaris tak terdengar… selanjutnya pemenang utamanya adalah Sunday Report: Sichuan Earthquake One Year On The Unspeakable Truth Television Broadcasts Limited, Hong Kong, tepuk tangan dukungannya juga tak terdengar seseru kalau TV India yang menang…

Alhamdulillah menang dan dapat Highly Commended, walaupun dari semula aku yakin akan jadi pemenang utama.

Aku inget dengan keyakinan Senior Manager Animax yang ngobrol dengan aku saat di selasar tentang program kita yang masuk nominasi, dengan logat Inggris Singapore dia dengan yakin berujar : You will win, you will win… I bet for you! I bet for you… I bet for you!!!... sama yakinnya dengan aku bahwa Telisik akan menjadi The Winner.

….Still… there must be sunshine after rain!!!

Senin, 07 Desember 2009

Mengintip ATA

Firman hampir gagal masuk ke Singapore.

Lima menit lagi, batas boarding pesawat Singapore Airlines tujuan Singapore tertutup. Bergegas dengan seluruh tas dan bawaan yang ditenteng, sedikit lari-lari kecil, mengantar kami menaiki pesawat yang berangkat pukul 06.15 WIB… huups.

Aku berangkat bertiga bersama Eva dan Firman ke Singapore pagi itu, 3 Desember 2009. Tujuannya menghadiri gala dinner Asian TV Awards (ATA) ke 14 di Singapore. ATA adalah penghargaan tertinggi tingkat Asia untuk program dan presenter terbaik. ANTV menjadi satu-satunya stasiun TV yang meloloskan programnya dalam nominasi ATA. Episode “Drugs Business inside Prison Cell” masuk nominasi kategori The Best Current Affairs Program.

Sebelum berangkat ada sedikit kejutan… ternyata paspornya Firman-kamerawan yang terlibat dalam pembuatan program Telisik-, tinggal dua bulan lagi padahal Indonesia memberlakukan orang asing yang masuk ke Indonesia paspornya minimal masih valid hingga enam bulan sejak kedatanganya.

Akhirnya pihak Singapore Airline menawarkan surat perjanjian tidak akan melakukan klaim atas tiket bila ternyata sang penumpang alias Firman, tidak bisa masuk ke Singapore dengan alasan Singapore memberlakukan hal yang sama… dengan cepat kita setujui surat perjanjian itu, yang penting berangkat aja dulu ke Singapore.

Di atas pesawat, Firman kita takut-takuti bahwa bila dia kalau sampai nggak bisa masuk ke Singapore, dia terpaksa tidur di bandara Changi dan kita akan rutin mengirimi nasi bungkus pada jam makan siang dan makan malam… hahaha.

Selain itu, biar tidak malu ketahuan tidak masuk ke Singapore, kita juga berjanji tidak akan cerita ke temen-temen kantor… huehehe… Firman senyum-senyum kecut, nggak jelas apakah menganggap lucu atau malahan stress mikirin nasibnya.

Nah… sampai di bandara Changi sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Saat turun dari pesawat suasana masih cerah tetapi setelah sekitar 10 menit berjalan meuju ke area pemeriksaan imigrasi, raut muka Firman pelan-pelan menjadi lebih putih kepucat-pucatan, becandaan kami sudah tidak ditanggapi lagi… dan akhirnya giliran Firman diperiksa oleh petugas.

Aku dan Eva menunggu kurang lebih lima meter dari Firman. Aku dan Eva sebenarnya sudah menyiapkan jurus apabila Firman nggak boleh masuk ke Singapore, kami kan menyakinkan pihak imigrasi dengan menunjukkan bukti bahwa kami adalah nominasi yang diundang oleh pihak ATA untuk hadir dalam gala dinner di Singapore. Jurus lain adalah dengan menunjukkan bahwa kami mengantungi kode booking untuk kepulangan kami ke Indonesia dengan Singapore Airlines keesokan harinya (tapi jurus-jurus itu kami sengaja kami sembunyikan dari Firman…, hehehe… sorry bung). Beberapa saat kemudian muka Firman lebih putih lagi saat paspornya diperiksa, aku dan Eva bisik-bisik bahwa muka Firman semakin pucat…

Aku iseng minta ke Eva, “ Va, foto Firman tuch…, mukanya lucu”. Eva dengan cepat mengeluarkan kamera saku dan bersiap memotret Firman, saat bersamaan aku mencoba lebih mendekat ke arah Firman. Tiba-tiba ada teriakan cukup keras dari arah Security, aku menoleh ke Security person itu. Mata sang Security melotot ke arah Eva, pandangan dengan cepat aku buang ke Eva, dan ternyata dia menegur Eva yang akan mengambil foto Firman. (upss, kita lupa di Bandara tidak dibolehkan mengambil foto)… nggak jadi dech dapat barang bukti Firman sedang diperiksa di Imigrasi dengan raut muka yang aneh.

Akhirnya, petugas Imigrasi setelah berkonsultasi dengan petugas yang lebih tinggi wewenangya memberi toleransi, bahwa Firman hanya maksimum 7 hari di Singapore, kalau tidak akan dicari petugas kepolisian dan Imigrasi Singapore. Firman setuju, aku yang sudah dekat dengan meja petugas imigrasi hingga bisa mendengar tawaran itu, juga menambahkan persetujuanku. Surat perjanjian disepakati … Firman selamat dan perlahan darah mengalir kembali ke wajah Firman.


Bersambung
….. Telisik mendapat penghargaan Highly Commended Program.

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...