Rabu, 24 Juni 2009

“Pengantin”

Sekitar satu bulan sebelum eksekusi terhadap tiga sekawan, Amrozy, Imam Samudera dan Mukhlas, kami bertemu dengan seorang “Calon Pengantin”, lokasinya (wow, rahasia….).

Pengantin adalah istilah untuk orang yang bersedia mati dan meledakkan dirinya bersama dengan bom pada lokasi yang telah ditentukan. Calon Pengantin adalah orang yang dipercaya oleh kelompok Jaringan Jamaah Islamiyah akan mampu mengemban tugas dengan tenang namun tetap memiliki ketakutan akan mati. Ketakutan akan mati tetap diperlukan agar sang Calon Pengantin bisa masuk surga bila dia mati saat meledakkan bom. Orang yang berani mati justru akan menjadi orang yang mati bunuh diri, dan itu tidak akan membawa dia menjadi ahli surga.

Nah, sang pengantin yang kami temui adalah mantan combatan pada perang di Afghanistan. Usai perang di Afghan dia memasuki beberapa daerah konflik seperti Ambon dan Poso. Sang Calon Pengantin tinggal lama di Poso pada saat konflik karena merasa harus membela umat Islam Poso yang dizhalimi.

Pembicaraan semula berlangsung dengan kekhawatiran. Aku bersama tiga teman sudah memilih dan memesan makanan di suatu meja. Pada saat sang Calon pengantin tiba, setelah mengucap salam, dia langsung berkata, “kita pindah ke meja itu saja, ya…” katanya sambil menunjuk meja di pojok rumah makan yang lampunya agak gelap. Kamu setuju pindah meja, dan diangkutlah makanan yang telah terhidang di meja ke meja yang ada di pojok.

Setelah pertanyaan perkenalan yang agak kaku, pembicaraan mulai berlangsung cair saat memasuki pembicaraan tentang konflik Poso. Obrolan mengalir lancar kesana-kemari dan ujung-ujungnya kita bicara tentang “Pengantin”.

“Gimana cara merekrut Pengantin?”, “Oh, kita yang veteran Afghan minimal harus merekrut sepuluh orang”, “Emang veteran Afgan ada berapa orang?”, “Ribuan mas…”. “Kalau begitu, minimal ada sepuluh ribu orang yang siapa mati”. “Mati syahid itu adalah dambaan muslim mas, termasuk saya”.

“Saya dulu usai pulang dari Afghan pernah diminta untuk menjadi Pengantin… Saat itu saya sudah survey di sekitar kedutaan besar Amerika”. “Lalu?”, “Saya sudah dipersiapkan cara meledakkan bom yang akan saya bawa, selanjutnya saya menunggu saja… eh.. lama saya menunggu dan berharap dapat kehormatan ternyata yang meledak adalah Kedutaan Besar Philipina, … wah bukan rejeki saya mas”.

Kaget juga aku mendengar kata “ bukan rejeki saya, mas…”. Aku lalu nanya “mas, apa aja yang waktu itu akan mas bawa?”. “Ada beberapa bom yang kita pelajari, ada yang dijinjing, ada yang dililitkan ke badan dan ada yang dalam bentuk rompi, saya diajari semua cara menggunakannnya…, sepertinya waktu itu saya akan membawa rompi”. “Emangnya kenapa mas tidak jadi pengantin?”. “Nggak tau mas, yang pasti saya tahu saya tidak terpilih saat ada ledakan bom di Kedubes Philipina”. “Kenapa milih Philipina ya?”. “Kan umat Islam Moro dizhalimi habis-habisan”.

“Pernah tau ada teman yang terpilih jadi Pengantin tapi tidak mati?”. “Ada mas…, kenapa?”. “Kapan kita bisa ketemu dia?”. “Nanti saya kabari ya…”. “Ok, mas kita tunggu, … kalo bisa jangan lama-lama,.. kan sebentar lagi kayaknya Amrozy dan kawan-kawan akan dieksekusi mas”. “Iya, saya coba… tapi kalau mereka jadi dieksekusi akan banyak pengantin-pengantin baru…”.

Bersambung ke bagian 2.

Dimana Surga?, Dimana Neraka?

Ada cuplikan “canda”, lintas agama dan berusaha “bebas nilai”.

Kalau saja suatu agama mengklaim bahwa kebenaran hanya dimiliki oleh suatu agama tertentu dan penganut agama lain pasti akan masuk neraka, maka apa yang terjadi?

Penganut agama “A” akan menuduh penganut agama “B” akan masuk neraka dan kelompok mereka, penganut agama “A” akan masuk surga.

Di sisi lain penganut agama “B” akan menuduh penganut agama “A” akan masuk neraka dan penganut agama “B” akan masuk surga.

Jadi sebenarnya bolak-balik saja, di satu sisi dia masuk surga di sisi lain akan masuk neraka.

Nah, sekarang ada berapa agama di dunia… bayangkan berapa banyak jumlah surga dan neraka.

Dan hitung pula probabilitas kita masuk surga atau neraka.

Jadi dimana surga kita dan dimana neraka kita? Jangan serius-serius mikirnya, cuma becanda aja kok...

Jangan Nyoblos, Jangan Nyontreng!!! Kampanye Aja!!!

“Apa yang monumental dari seorang SBY?”, terasa ditonjok di rahang aku sempoyongan. Pertanyaan tadi muncul dengan luar biasa dari seorang yang baik, seorang Doktor Biologi, tapi sayangnya identitasnya nggak bisa aku buka, karena terkait dengan pekerjaannya.

Tanpa sadar, aku lama terdiam… “apa mas Alam?”, pertanyaan kedua menyadarkan aku yang sempat melayang ke negeri atas awan.

“Nggak tau mas?,… mungkin keseriusannya menangani korupsi?!?!”, jawabku ragu-ragu, “ah,.. itu sih nggak peran-peran dia amat. KPK itu lembaga independent, kalo mau jujur ya… KPK tidak dicampuri oleh pemerintah”.

“Makanya mas, kalo mau pilih presiden kita harus tau dulu apa kelebihannya dan peran utamanya”. “Emang kelebihan Megawati dan JK, apa?”…. “Kalo JK sih, emang belum pernah jadi presiden jadi belum ada yang fenomenal dan itu wajar, tapi kalo Mega ada”. “Apa kelebihan Mega?, kelebihan berat?, hehehe” balasku.

“ Mas, Mega itu menghasilkan Perpres no 80 tahun 2003 yang membuat banyak PNS takut jadi Pimpro (Pimpinan Proyek). Itu dasarnya KPK untuk bergerak”.

“ Mas, wong saya itu nggak pernah ikut Pemilu, kecuali tahun 1999… sekali iku thok…” aku ngeles karena nggak mikirin Perpres yang disebut tadi. “Itulah mas, presiden itu harus punya visi yang jelas. Mas Alam juga jangan asal milih dan suka aja”. “ Wuih… jangan nuduh mas, aku nggak berfikir untuk suka”.

Jawabanku dicuekin, sang Doktor masih melanjutkan dengan, “Komitmen pemimpin itu penting, dia harus berpihak ke negara, jangan mau diatur negara lain. Mas Alam, liat George Bush di luar negeri dia dihujat abis-abisan, tapi di dalam negeri lebih banyak yang suka karena dia membela negerinya juga abis-abisan. Jangan pernah berfikir track record, yang penting dia berkomitmen untuk mensejahterakan negaranya dan melawan kekuatan asing yang membuat kita bergantung”.

“Chavez nih… Venezuela,… kayaknya isunya Neolib, hahahaha….” Kataku. “Saya juga nggak berpihak mas, yang saya liat adalah jangan ada kebergantungan kita pada pangan, pada pupuk, pada benih, pada bibit…” lanjutnya. Ah, maklumlah sang Doktor emang jago Biologi dan juga konsern masalah pangan.

Pada perjalanan pulang, aku berfikir emang kalau kita memilih itu jangan liat luarnya.

Setelah itu aku baca-baca perpres-perpres, perhatiin TV, melihat gaya-gaya Capres, yang semuanya jaim, sok perhatian dengan rakyat kecil dan tidak sanggup melihat ada ketidakadilan…

Ah,… aku ingin sepanjang tahun adalah masa kampanye…

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...