Bagian 3, by AB
Puluhan warga berkerumunan di depan pagar saat sinar matahari baru saja datang menyambar. Cahaya matahari hangat, dan mampu untuk menguapkan buliran lembut embun di atas dedaunan. Tapi puluhan warga nampak beringas, garang, seolah mereka datang dari dunia yang terberkati dengan berjuta kebencian.
Tak ada salam, yang terdengar adalah ketukan batu di pagar besi. Sebagian lagi berteriak melengking, “Ayo keluar, keluaaarrr!!!”. Tak ada jawaban dari dalam. Teriakan hanya dibalas dengan padamnya lampu teras depan karena saklarnya ditekan oleh sang pria.
“Kamu disini saja….” bisik sang pria tenang, sang perempuan pun tenang. Tak tahu mengapa sepasang kekasih itu sama-sekali tak ada takut, mungkin masih terpengaruh putau.
Sejurus kemudian sang pria keluar dari pintu depan dan berjalan ke arah pagar. Kepalanya diangkat, dagunya sedikit terdongak. Matanya menyipit, tersilau matahari. “Ada apa pak?” katanya tenang sambil membuka pagar. Ketenangannya menggetarkan warga yang sedari tadi tampak marah.
Lima detik berlalu tanpa ada jawaban, tiba-tiba hanya ada rengekan anak usia sekolah dasar yang meminta agar ayahnya pulang. “yah, ayo pulang… nanti aku terlambat ke sekolah”. Tidak ada jawaban yang menenangkan sang bocah.
Ada suara yang menyambar cepat, “Begini mas, tadi malam saya melihat ada semacam pesta narkoba di sini…, dan ada penghuni lain selain anda. Kami sebagai warga merasa terganggu”. “Oh, jadi mas ya, yang mengajak warga ke sini?”. Tak ada jawaban kemudian.
“Kami akan memeriksa rumah ini…!!!” desak yang lain. “iya, kami akan periksa saudara!!!”. “ayo kita masuk saja!!!”, suara desakan bertalu-talu.
“Bapak-bapak, saya menghormati bapak-bapak dengan norma-norma yang bapak anggap baik, saya menghormati keinginan bapak agar daerah ini bersih… tetapi mengapa bapak-bapak ingin masuk rumah saya padahal itu melanggar”. Sihir apa yang muncul sehingga warga terdiam, mungkin bingung dengan yang dinamakan norma.
“Begini saja bapak-bapak, saya akan mempersilahkan bapak masuk, tapi harus didampingi oleh polisi yang membawa surat tugas”. Suara kerumunanan warga kemudian bersahutan meninggi.
“Jadi kamu nantangi kita!!!, kamu sudah merasa paling jago!!!... awas kamu!!!”. Sekonyong-konyong sebuah pukulan mendarat keras di pipi kanan sang pria, dia bergeming. Tak dibalasnya pukulan itu, karena pasti warga lain akan marah. Sebuah jotosan lagi dilayangkan tapi kali ini ditangkis oleh warga lain yang sedari tadi tampak diam saja. “Sudah, jangan!!!, tidak ada gunanya memukuli dia”.
Sang pria mundur satu langkah ke belakang dengan menggeser kaki kanannya ke belakang. Warga yang menangkis pukulan tadi, sigap menggeser kaki kanannya pula. Kini posisi sang pria dan warga yang menangkis pukulan berhadap-hadapan dengan kesigapan masing-masing. Suasana menegang.
Lambaian tangan sang warga kemudian menghampiri pundak kiri sang pria, “Mas, kita warga sini tidak suka ada yang melanggar hukum dan mempengaruhi warga yang lain dengan pengaruh buruk. Sekarang kami akan membubarkan diri, tapi kalau anda terlihat berbuat jahat, ingat… anda akan berhadapan dengan saya”. Sang pria menundukm dijulurkannya tangannya menjabat tangan sang warga yang menangkis pukulan.
Akhirnya warga bubar. Sang pria menghela nafas, terpikir olehnya kata-kata sang warga bahwa kalau dia berbuat jahat maka dia akan berhadapan dengan warga itu. Huuh… betapa ucapan tadi mampu melokalisir kemarahan warga menjadi hanya di tangan sang warga penangkis pukulan.
Kepala perempuannya menyembul dari balik pintu kayu berwarna hijau pudar. Sang pria menghampirinya dengan tersenyum. Tidak ada pertanyaan dari sang perempuan, tidak ada percakapan setelahnya. Mereka lalu beringsut pergi ke kamar. Tidur dilanjutkan.
Almost everything we call "higher culture" is based on the spiritualization and intensification of cruelty- this is my proposition; the "wild beast" has not been laid to rest, it lives, it flourishes, it has merely become-deified.(Friedrich Nietzsche, Beyond Good and Evil, 1885).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017
TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...
-
17 Agustus 2009, hari ini, aku bebas merdeka,… seharusnya ada acara wajib, upacara 17-an pukul 6.30 pagi di kantor, tapi aku dengan kemerdek...
-
1 of 3 2 of 3 3 of 3 Ini adalah Episode program Telisik di ANTV dengan judul Bisnis Narkoba di Dalam Penjara. Episode ini diputar pada Agust...
-
HANTU FENOMENAL DI KBRI WASHINGTON DC Oleh: Alam Burhanan Di Virginia, AS “Mas, tadi malam saya denger main pianonya bagus sekali”...
4 komentar:
bagus tuch da yang lebih keren gak
pasti pintu kayu warna hijau pudarnya bagus..
@lawan.us
bagus tuch da yang lebih keren gak
Tulisan ini insyaallah bergulir terus, tanpa pola, sesuai ide yang muncul aja, karena baru belajar nulis cerita juga.
Ada ide nggak, atau silahkan kalau mau menyumbang tulisan untuk melanjutkan kisah ini.
@pasti pintu kayu warna hijau pudarnya bagus..
Hehehe, semoga suka ya....
Posting Komentar