Rabu, 23 April 2008

Bisnis Narkoba di Dalam Penjara


1 of 3

2 of 3

3 of 3

Ini adalah Episode program Telisik di ANTV dengan judul Bisnis Narkoba di Dalam Penjara. Episode ini diputar pada Agustus 2007.

Di dalam Rumah Tahanan Salemba, bisnis narkoba sudah jamak dan diketahui bahkan kerjasama dengan petugas penjara. Rutan Salemba memiliki pasar gelap. Para pedagang setiap harinya berjualan seperti layaknya diluar, lebih saktinya lagi di pasar itu banyak terdapat penjual narkoba, mulai dari Shabu Shabu, Putau, Ekstasi hingga Heroin.

Tim Telisik berhasil mengungkap kejahatan di dalam penjara dengan kamera tersembunyi. Episode ini menjadi nominasi Festival Film Indonesia FFI 2007 untuk klasifikasi film dokumenter.

Pada Komisi Penyiaran Indonesia KPI award 2008, episode ini menjadi juara untuk klasifikasi Berita dan Investigasi Terbaik.

Sebelum episode ini tayang, kami ditawari uang suap dengan maksud agar episode ini tidak jadi ditayangkan, langkahnya mudah saja tinggal matikan Handphone, selesai... Sesudah tayang, HP menyala kembali dan tim kami mendapat banyak teror ancaman. Pihak Depkumham diam saja setelah dilaporkan bahwa kami mendapat ancaman yang kami tahu berasal dari petugas Rutan Salemba. Ditjen Lembaga Pemasyarakatan tidak menindaklanjuti ancaman apalagi menindak aparatnya yang benar benar bajingan “keblinger”.

Inilah tayangannya, semoga jadi bahan perenungan untuk pindah kewarganegaraan saja, karena republik ini memang sudah uzur dan hampir mati karena diseruduk celeng.

Kamis, 17 April 2008

Jakarta-Ibukota Republik Banjir

Jakarta dari tahun ke tahun macetnya semakin minta ampun. Banjir Jakarta semakin sering terjadi. Istana Negara pun bertekuk lutut dengan banjir.

Presiden SBY pernah harus berpayung payung pindah dari kendaraan sedan mercynya ke Jeep Mercy saat hendak kembali ke Istana Negara usai kunjungan ke petani di karawang.


Melihat posisi Jakarta, 40 persen wilayah Jakarta memang berada di bawah permukaan air laut, jadi wajar saja kalau Jakarta akan selalu banjir.

Dulu jaman penjajahan Belanda kawasan Weltevreden, sekarang kawasan di sekitar menteng, monas, harmoni dan kota lama, sering banjir kalau hujan lebat.

Karena memang rawan banjir makanya dibangun banjir kanal. Rencananya akan dibangun 3 banjir kanal, yaitu banjir kanal barat, tengah dan timur sesuai wilayahnya.
Baru saja Belanda menyelesaikan banjir kanal tengah (yang sekarang disalahkaprahkan dengan banjir kanal barat-- piye namanya aja salah, opo maneh konsepe') pergolakan dan perebutan kemerdekaan terjadi dan akhirnya Belanda pergi dari Indonesia. Banjir kanal direncanakan untuk mengalihkan aliran air agar masuk ke kanal dan tidak ke kawasan yang rendah weltevreden. Air yang masuk ke kanal kemudian disalurkan langsung ke laut.

Daripada terus menerus banjir akibat pembangunan yang tersentralistik ke Jakarta, asyik juga antara kota pusat pemerintahan dan pusat bisnis dipisahkan. Amerika ibukotanya Washington DC, DC kotanya kalah besar dari Depok, kota satelit Jakarta, menjadi pusat pemerintahan. Pusat bisnis di New York.

Dulu Ibukota negara pernah dipindahkan ke Yogyakarta pada tahun 1946 sampai 1948. Karena invasi sekutu kemudian ibukota pindah lagi ke Bukit Tinggi tahun 1948. Setahun kemudian Ibukota kembali pindah ke Jakarta.

Australia pernah memindahkan ibukota dari Sydney ke Melbourne, Brasil memindahkan ibukotanya dari Rio de Janeiro ke Brasilia.

Soekarno pernah punya ide untuk memindahkan ibukota dari jakarta ke Palangkaraya, karena alasan secara geografis berada persis di tengah wilayah Indonesia selain alasan sejarah bahwa Palangkaraya tidak pernah dimasuki Belanda.

Jadi, dari pada semua terpusat ke Jakarta, akibatnya penduduk tambah banyak, mutu lingkungan memburuk, macet dimana mana, banjir dimana mana, ada baiknya ibukota dipindah aja... apalagi bandara internasional Soekarno Hatta juga terganggu kalau banjir, dan memutus hubungan dengan dunia luar.

Tetangga saya di Yogya, pak Ngadimun katanya pernah ngimpi pak SBY jalan pake payung ke Gedung Agung Yogya... nggak tau ngapain, wong istana itu eksklusif...

Selasa, 15 April 2008

Dikejar PATKAY di Hong Kong












Waktu dinas di Hong Kong, sebagai pemakan apa aja langsung tertarik untuk mencari Peking duck Kebayang rasanya bebek muda dengan bumbu yang gurih, harum dengan aroma bawang putih yang kental tapi tidak menusuk hidung segera akan mengisi lidah dan langit langit mulut.
Cari punya cari, ketemu banyak banget rumah makan yang menyediakan Peking Duck. Rumah makan di HK dan China seperti lazimnya yang kita temui di Indonesia, memajang makanan dan bahan makanan mereka di bagian depan rumah makan. Seperti RM Padang, target utamanya sich pasti untuk membangkitkan selera.
Tertarik mencoba, yuups... segera masuk ke satu rumah makan. Saat pintu terbuka langsung tercium aroma khas. Saat mata mencari cari mana di "Duck"nya, wuiih... bebek bebek dan babi di HK ternyata akrab. Bebek dan babi yang sudah setengah matang bersanding dan bersentuhan satu sama lain dalam gantungan, bercanda satu sama lain membincangkan kontribusi mereka dalam dunia kuliner. Kontan, selera makan yang sudah keujung syaraf pengecap tiba tiba terjungkal kembali ke dalam lambung...
Bener adanya, pesan teman teman bahwa nyari makanan tradisional yang enak dan halal di HK susah... pastinya sich bukan salah HK-nya, tapi pasti karena "katrok" aja.
Akhirnya, teman yang asli Hong Kong ngajakin ke restoran seafood yang halal(katanya)... Ok, berangkat!!! Lupakan Peking Duck. Masuklah kami ke Restoran "Halal". Langsung pesan makanan berbahan ikan, bubur ikan, sayur sawi de el el, beres tinggal nunggu pesanan.
Iseng iseng buka buku menu lagi, ahaaaa...!!! ternyata babi masih ada di dalam daftar menu lengkap dengan foto fotonya.... wah wah... temen yang lebih taat dari saya ;-), ngajak keluar dan batalin pesanan. Tapi kata teman yang Hong Kong ngotot, katanya masaknya dipisahkan, tempatnya dibedakan (tapi masak sich mereka punya semua peralatan masak double...) .... debat lama, kemudian mulai berhitung: halal,... nggak,... halal,... nggak,... makanan akhirnya datang dan jatuh pada hitungan... halal... makan! urusan selesai.
Sampai di Hotel, temen saya yang makannya di restoran setengah hati merasa kurang nendang. Akhirnya sebelum masuk hotel, mampir dulu di Seven Eleven beli roti dan minum.
Di kamar akhirnya dia makan tuch rotinya... tanpa ngeliat liat... sip kenyang. Sambil becanda dia bilang asyik nich makan roti babi.... hahaha.
Karena becanda tadi, akhirnya kita penasaran lihat ingredient roti, bahan bahannya... halllaaaaaaaaaah!!! ternyata roti tadi isinya BACON.... hahahahahahahahahahaha......
Meluncur juga tuh si Patkay ( siluman babi dalam film kera sakti) ke dalam perut temen.... satu kantong lagi meluncur ke tempat sampah dengan keras!!!
Patkay memang bandel, pantes aja Sun Go Kong jengkel dan sering marah marah sama si Patkay.

Jumat, 11 April 2008

Jogja Sudah Kurang Ngampung

Cuti pulang ke Jogja, berarti juga menengok kembali kenangan kenangan waktu kuliah, hobby ngilik barang barang tua, makan bakmi kadin dan tentu aja nengokin pasar senthir.

Bulan lalu, baru pulang ke Jogja sesudah hampir setahun belum pulang kandang, setelah dimat mati, kog Jogja mulai kurang njawi dan ngampung. Pengalaman yang paling deket dengan citarasa njawi adalah waktu hunting barang barang antik dan klitikan klitikan khas. Rencananya sih pengen cari antik antikan untuk interior rumah.

Bertekad bulat dapat barang yang asyik, meluncurlah kemudian ke alun alun selatan, wiih sekarang trotaoar di sekitar alun alun selatan sudah dirapihin, nggak ada lagi orang dol dolan barang klitikan dan barang antik dan aneh... yo wes, pasti sekarang sudah ditata lebih rapi, wong era modern je...

Kemudian berpindah ke tujuan pasar senthir di dekat pasar beringharjo, hasilnya malah ngelihat barang yang dijual adalah barang barang "biasa banget", sepatu, baju, gitar dan lain lain yang nuansanya modern, edan... wong pasar senthir iku biasane ngampung dan terselip barang aneh, sekarang sudah modern... opo maneh senthirnya sudah sama sekali nggak ada terganti neon neon, ...dasar edan ora katoan!Yo wes lagi nih,...

Besok meluncur lagi ke sisi samping kanan pasar Beringharjo, nah..., disini memang masih ketemu orang jualan barang barang antik, liat aja suasana di foto diatas. Kios kios masih berjejer jualan barang antik, tapi sekarang lebih banyak barang bekasnya, barang antiknya sudah jarang kalaupuan ada sudah buatan baru.

Sekarang penjual sudah semakin maju, harga harga semakin naik katanya akibat inflasi maas... mantap betul si inflasi ini. Contohnya ada setrika besi antik yang panasnya didapat dari arang bakar, harganya 500 ribu, wih sedap...pasti ini akibat si inflasi.

Sudahlah, nggak usah nyari nyari lagi karena inflasi sudah memayungi Beringharjo. Meluncurlah kemudian dengan jalan kaki menyusuri jalan malioboro. Masih kepikiran Jogja yang semakin "ngota", aku melihat sepanjang malioboro yang dijual barang barang modern, ada sih yang masih Njawi tapi mesti ngubek ngubek lama.

Akhirnya pikiranku kelelahan nyari suasana Njawi, yo wes... akhirnya aku makan dan minum di KFC, ben wae...

Makian ibunda Azahari

Dua hari setelah kematian DR Azahari tanggal 9 nopember tahun 2005, di malang Jawa Timur, kami berkesempatan untuk bertemu dengan orang tua dari istri azahari yang tinggal di Kuala lumpur Malaysia. Tempat tinggal Azahari dan keluarganya berada di kompleks perumahan, luasnya sekitar 200 meter persegi.

Di depan rumah terparkir sebuah mobil sport keluaran lama berwarna hijau. Dulu, mobil Audi Azahari, sering digunakannya untuk kebut kebutan, sebuah hobby sang peracik bom dari skudai.

Setelah kematian Azahari, sebagai wartawan tentu saja komentar dari pihak keluarga terutama istri DR Azahari adalah target yang harus dikejar, alasan itu pulalah yang mengantarkan kami ke Kuala Lumpur.

Setelah 2 hari menunggu sejak pagi hingga malam hari di sekitar rumah Azahari ( kami gunakan kesempatan itu juga untuk mengenal lingkungan istri Azahari), dengan berat hati akhirnya, setelah lama terkunci, pintu rumah mertua Azahari terbuka. Suatu lompatan besar, setelah sebelumnya, jangankan membuka pintu, menjawab salam pun tidak dan bahkan semua jendela tertutup.

Setelah secercah harapan itu, muncullah kakak tertua dari istri Azahari, Wan Kamaruddin. Kami berbincang lama untuk menyakinkan agar, istri Azahari sejenak menemui kami. Kami menjelaskan sedetil detilnya harapan kami untuk mengenal DR Azahari terlepas dari pilihan hidupnya untuk menjadi orang yang sangat ditakuti di Asia Tenggara. Kami hanya ingin mengenal bacaan Dr Azahari. Kami mencoba mengenal kehidupan DR Azahari dari ajaran yang dianutnya, dan itu diharapkan dapat tergambar dari bacaannya.

Saat itu, niat kami hanya ingin mengetahui alasan pilihan hidup DR Azahari, yang serba berkecukupan hingga menjadi buronan dengan segala keterbatasannya, pastilah ada nilai nilai kuat yang diyakininya.

Susah payah kami menjelaskan hal itu, karena pihak keluarga terutama ibu dari istri Azahari menjadi sangat trauma dengan wartawan karena selalu menanyakan apakah benar menantunya itu adalah teroris, bagaimana perkembangan indentifikasi jenazah dan hal lain yang berkaitan langsung dengan kematian sang Doktor.

Namun apa lacur, setelah trauma yang menguat itu, munculah kata kata yang agar menjurus pada teriakan kekesalan pada wartawan dari mulut mertua perempuan DR. Azahari…Wartawan Pembohoong!!

Pastilah kami tidak terima dengan pernyataan itu, dan mencoba mencari tahu mengapa mertua Azahari mengeluarkan kalimat itu. Ternyata, keluarga ini trauma dengan pemberitaan baik itu dari media Malaysia maupun Indonesia yang dinilai menyampaikan berita, tidak sesuai dengan apa yang disampaikan keluarga. Wartawan dinilai sering memutar balikkan fakta, dan terkadang halusinatif.

Yang paling membuat keluarga kesal adalah, berita wawancara antara istri Azahari dengan sebuah harian media cetak di Indonesia, yang memuat dialog antara istri Azahari dengan seorang wartawan. Dalam media itu dituliskan percakapan dilakukan dengan menggunakan telepon…. Aduh… bagaimana mungkin itu terjadi….. istri DR Azahari, yang bernama Wan Nuraini Jusoh, telah mengidap kanker tenggorokan sejak tahun 90 an, kanker itu pula yang membuat dia tidak lagi dapat berbicara. Semua komunikasi dengan istri Azahari dilakukan dengan tertulis, bagaimana mungkin wartawan setelah kematian DR Azahari dapat berkomunikasi dengan telepon dengan Nuraini. Jadi wajarlah muncul stigma negatif dari keluarga istri Azahari kepada wartawan.

Diluar kebohongan wartawan yang mengaku wawancara dengan istri Azahari yang memang ajaib itu... dan naik cetak lagi...., sepenggal pengalaman dengan ucapan mertua Azahari, membuat saya mempertanyakan posisi wartawan sebagai pekerja pers tidaklah sepenuhnya, bekerja berdasarkan fakta yang ada.

Wartawan dengan tidak berbohong saja adalah individu dengan beragam latar belakang dan pemahaman. Fakta itu, menjadi fakta olahan hasil pikir wartawan. Hasil pikir itu tidak melulu hanya terkait dengan latar belakang pendidikan dan pemahaman logika, tapi terkadang diluar itu, misalnya kondisi emosi, termasuk tekanan dari kantor untuk mengkontribusikan berita yang baik dan ekslusif.

Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realita sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Konstruksi yang mereka buat dilengkapi dengan legitimasi tertentu, sumber kebenaran tertentu, bahwa apa yang mereka katakan dan percayai itu adalah benar adanya, punya dasar yang kuat, demikian halnya dengan wartawan.

Setiap individu mempunyai latar belakang sejarah, pengetahuan dan lingkungan yang berbeda-beda, yang bisa jadi menghasilkan penafsiran yang berbeda pula ketika melihat dan berhadapan dengan objek. Sebaliknya, realitas itu juga mempunya dimensi objektif, sesuatu yang dialami, bersifat eksternal, dan berada diluar angan-angan. Yang membedakan wartawan dengan masyarakat lain adalah, wartawan berkesempatan luas untuk menhadirkan kembali konstruksi yang mereka buat kepada masyarakat melaui medianya masing masing.

Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda.

Jadi media lebih dilihat sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan suatu realitas. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak. Apa yang tersaji dalam berita dan kita baca tiap hari adalah produk dari pembentukan realitas oleh media.

Jadi, tanpa kekhilafan demi eksklusifitas yang memicu makian "wartawan pembohong" kayaknya kita harus instropeksi terus...

Salam

DPR= Tak Enteni Keplokmu tanpa bunga dan telegram duka


Tersadar kita hanya "mengenten" celeng celeng. Dulu ada celeng besar yang menakutkan kawulo. Saat ada pergolakan kawulo yang lapar, terhinakan, dilecehkan, digrowoti, para kawulo bersatu menangkap celeng besar. Si Celeng Besar ketangkep dan sempat muncul harapan.

Tapi sama halnya dengan babi ngepet, yang bisa hidup kembali dengan sentuhan istrinya atau pakaian istrinya, si celeng besar ternyata masih hidup.

Sang celeng besar melalui kader celeng celeng lain malah membuat orang orang "ndadi". Ndadi itu seperti pemain jathilan, bukan kerasukan. Kalau ndadi sudah satu antara tubuh dan jiwa, kalau kerasukan adalah minjam tubuh untuk dirasuki jiwa lain.

Saat sang " orang ndadi celeng" masuk arena dan perkampungan kawulo, banyak kawulo yang ikutan "ndadi" celeng. Sekarang orang yang dulunya kawulo malah jadi celeng, kemudian menyebar kemana mana, di DPR banyak celeng, di kejaksaan mekar celeng, di kehakiman semakin nyeleng, di kepolisian lebih lagi, celeng kabeh.

Terakhir kisah di negeri "mantan kawulo". Dulunya para kawulo ini ikut ikutan teriak mencela sang celeng besar yang rakus, serakah, tamak dan uelek-e ora umum. Sekarang negeri mantan kawulo yang kerajaanya bersarang di senayan, terbuktikan banyak yang ndadi celeng.

Yang terbaru selebriti senayan, namanya Lengjilengbeh- Celeng Siji Celeng Kabeh, dengan "jatuh bangun, aku mengejarmu" mendapat obat mujarab nan sakti... tur uenak. Disepakati nilai obat itu 3 milyar, sekarang baru dapat panjer 71 yuto, eeh... nambah 200 yuto-an lagi di bagasi kereta kencananya. Uang itu katanya untuk kesepakatan membuka lahan di Bintan sebagai sarang celeng baru. Izinya mesti dari DPR, nah.. Si Lengjilengbeh ini jadi ujung tombak di negeri mantan kawulo-DPR terhormat.

Saking nyelengnya, selain duit si celeng dapat bonus "wedok". Sang celeng berdasar pengakuan orang dalam (tentu saja istana celeng) kabarnya suka sekali dengan yang kinyis kinyis. Tapi nggak usah diributkan toh, wong memang celeng itu makannya apa aja. Tapi lagi lagi dari sahibul hikayat, didalam mobil celeng lengjilengbeh ditemukan katok dan kutang wedok... walah walah... dargombes tuenaan. Bungkusan tadi, isinya sudah nggak tau kemana, entek dipangan mungkin.

Memang celeng ada dimana mana, tolong celeng seruduk aku dan aku akan "ndadi".

Salam

Kamis, 10 April 2008

Tak Enteni Keplokmu

Almost everything we call "higher culture" is based on the spiritualization and intensification of cruelty- this is my proposition; the "wild beast" has not been laid to rest, it lives, it flourishes, it has merely become-deified.

Friedrich Nietzsche, Beyond Good and Evil, 1885

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...