Dua hari setelah kematian DR Azahari tanggal 9 nopember tahun 2005, di malang Jawa Timur, kami berkesempatan untuk bertemu dengan orang tua dari istri azahari yang tinggal di Kuala lumpur Malaysia. Tempat tinggal Azahari dan keluarganya berada di kompleks perumahan, luasnya sekitar 200 meter persegi.
Di depan rumah terparkir sebuah mobil sport keluaran lama berwarna hijau. Dulu, mobil Audi Azahari, sering digunakannya untuk kebut kebutan, sebuah hobby sang peracik bom dari skudai.
Setelah kematian Azahari, sebagai wartawan tentu saja komentar dari pihak keluarga terutama istri DR Azahari adalah target yang harus dikejar, alasan itu pulalah yang mengantarkan kami ke Kuala Lumpur.
Setelah 2 hari menunggu sejak pagi hingga malam hari di sekitar rumah Azahari ( kami gunakan kesempatan itu juga untuk mengenal lingkungan istri Azahari), dengan berat hati akhirnya, setelah lama terkunci, pintu rumah mertua Azahari terbuka. Suatu lompatan besar, setelah sebelumnya, jangankan membuka pintu, menjawab salam pun tidak dan bahkan semua jendela tertutup.
Setelah secercah harapan itu, muncullah kakak tertua dari istri Azahari, Wan Kamaruddin. Kami berbincang lama untuk menyakinkan agar, istri Azahari sejenak menemui kami. Kami menjelaskan sedetil detilnya harapan kami untuk mengenal DR Azahari terlepas dari pilihan hidupnya untuk menjadi orang yang sangat ditakuti di Asia Tenggara. Kami hanya ingin mengenal bacaan Dr Azahari. Kami mencoba mengenal kehidupan DR Azahari dari ajaran yang dianutnya, dan itu diharapkan dapat tergambar dari bacaannya.
Saat itu, niat kami hanya ingin mengetahui alasan pilihan hidup DR Azahari, yang serba berkecukupan hingga menjadi buronan dengan segala keterbatasannya, pastilah ada nilai nilai kuat yang diyakininya.
Susah payah kami menjelaskan hal itu, karena pihak keluarga terutama ibu dari istri Azahari menjadi sangat trauma dengan wartawan karena selalu menanyakan apakah benar menantunya itu adalah teroris, bagaimana perkembangan indentifikasi jenazah dan hal lain yang berkaitan langsung dengan kematian sang Doktor.
Namun apa lacur, setelah trauma yang menguat itu, munculah kata kata yang agar menjurus pada teriakan kekesalan pada wartawan dari mulut mertua perempuan DR. Azahari…Wartawan Pembohoong!!
Pastilah kami tidak terima dengan pernyataan itu, dan mencoba mencari tahu mengapa mertua Azahari mengeluarkan kalimat itu. Ternyata, keluarga ini trauma dengan pemberitaan baik itu dari media Malaysia maupun Indonesia yang dinilai menyampaikan berita, tidak sesuai dengan apa yang disampaikan keluarga. Wartawan dinilai sering memutar balikkan fakta, dan terkadang halusinatif.
Yang paling membuat keluarga kesal adalah, berita wawancara antara istri Azahari dengan sebuah harian media cetak di Indonesia, yang memuat dialog antara istri Azahari dengan seorang wartawan. Dalam media itu dituliskan percakapan dilakukan dengan menggunakan telepon…. Aduh… bagaimana mungkin itu terjadi….. istri DR Azahari, yang bernama Wan Nuraini Jusoh, telah mengidap kanker tenggorokan sejak tahun 90 an, kanker itu pula yang membuat dia tidak lagi dapat berbicara. Semua komunikasi dengan istri Azahari dilakukan dengan tertulis, bagaimana mungkin wartawan setelah kematian DR Azahari dapat berkomunikasi dengan telepon dengan Nuraini. Jadi wajarlah muncul stigma negatif dari keluarga istri Azahari kepada wartawan.
Diluar kebohongan wartawan yang mengaku wawancara dengan istri Azahari yang memang ajaib itu... dan naik cetak lagi...., sepenggal pengalaman dengan ucapan mertua Azahari, membuat saya mempertanyakan posisi wartawan sebagai pekerja pers tidaklah sepenuhnya, bekerja berdasarkan fakta yang ada.
Wartawan dengan tidak berbohong saja adalah individu dengan beragam latar belakang dan pemahaman. Fakta itu, menjadi fakta olahan hasil pikir wartawan. Hasil pikir itu tidak melulu hanya terkait dengan latar belakang pendidikan dan pemahaman logika, tapi terkadang diluar itu, misalnya kondisi emosi, termasuk tekanan dari kantor untuk mengkontribusikan berita yang baik dan ekslusif.
Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realita sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Konstruksi yang mereka buat dilengkapi dengan legitimasi tertentu, sumber kebenaran tertentu, bahwa apa yang mereka katakan dan percayai itu adalah benar adanya, punya dasar yang kuat, demikian halnya dengan wartawan.
Setiap individu mempunyai latar belakang sejarah, pengetahuan dan lingkungan yang berbeda-beda, yang bisa jadi menghasilkan penafsiran yang berbeda pula ketika melihat dan berhadapan dengan objek. Sebaliknya, realitas itu juga mempunya dimensi objektif, sesuatu yang dialami, bersifat eksternal, dan berada diluar angan-angan. Yang membedakan wartawan dengan masyarakat lain adalah, wartawan berkesempatan luas untuk menhadirkan kembali konstruksi yang mereka buat kepada masyarakat melaui medianya masing masing.
Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda.
Jadi media lebih dilihat sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan suatu realitas. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak. Apa yang tersaji dalam berita dan kita baca tiap hari adalah produk dari pembentukan realitas oleh media.
Jadi, tanpa kekhilafan demi eksklusifitas yang memicu makian "wartawan pembohong" kayaknya kita harus instropeksi terus...
Salam
Almost everything we call "higher culture" is based on the spiritualization and intensification of cruelty- this is my proposition; the "wild beast" has not been laid to rest, it lives, it flourishes, it has merely become-deified.(Friedrich Nietzsche, Beyond Good and Evil, 1885).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017
TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...
-
17 Agustus 2009, hari ini, aku bebas merdeka,… seharusnya ada acara wajib, upacara 17-an pukul 6.30 pagi di kantor, tapi aku dengan kemerdek...
-
1 of 3 2 of 3 3 of 3 Ini adalah Episode program Telisik di ANTV dengan judul Bisnis Narkoba di Dalam Penjara. Episode ini diputar pada Agust...
-
HANTU FENOMENAL DI KBRI WASHINGTON DC Oleh: Alam Burhanan Di Virginia, AS “Mas, tadi malam saya denger main pianonya bagus sekali”...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar