Wartawan sok Perang 2
Jatah Komandan Diembat
Beberapa wartawan termasuk aku ikut pada sebuah operasi TNI di kawasan Blang Rheum, Bireun, Nangroe Aceh Darussalam. Operasi ternyata bocor, hasilnya terjadi terjadi Friendly Fire, antara BRIMOB dengan Pasukan Pendarat Marinir. Wartawan yang ikut dengan Pasukan Marinir ikut ditembaki oleh BRIMOB, Marinir tidak melakukan tembakan balasan.
Tahu bahwa kita tadi ditembaki oleh BRIMOB, mangkel hati rasanya, beruntung tidak ada satupun yang terluka, kalau istilah slengean di Aceh istilahnya adalah “ Ngeri- ngeri Sedap”.
Sore itu rasa capek, laper dan sebagainya muncul kembali sesaat tiba di pos. Air minum langsung diserbu. Tidak berapa lama, tiga orang personil pasukan TNI datang membawa setandan pisang yang sudah matang, satu orang lagi membawa sangkat burung lengkap dengan isinya, seekor burung berwarna kuning sebesar separuh burung dara. Segera pisang setandan diserbu wartawan dan personil tentara yang pastinya kelaparan juga.
Sambil makan pisang aku tanya pada personil yang membawa burung, “Ngambil dimana burungnya, bang?”. “Ada di rumah kosong, jadi kita ambil aja daripada mati” balasnya. “Dibayar nggak?” sambarku. “Sudah tadi, kita taruh uang sepuluh ribu dan rokok Dji Sam Soe setengah bungkus, kalau di daerah konflik kita tidak boleh ngambil mas, kalau ngambil kita harus ganti ntah tinggalin duit atau rokok, biar nggak ada celaka dalam operasi” jawabnya. “Gundulmu!” kataku bercanda.
Tiba tiba Letkol Joko datang terburu buru, “Mana teman temannya?” tanyanya, “ada di dalam, pak”, balasku, “ayo ikut, ada Pangkoops ke lokasi”. Maksud Letkol Joko, panglima Komando Operasi Darurat Militer Brigjen Bambang Dharmono akan meninjau lokasi.
Kuikuti langkah Pak Joko ke dalam rumah. Tiba tiba langkah pak Joko terhenti,...astaga di ruang keluarga tadi, ada tiga wartawan termasuk kamerawanku sedang makan reriungan sisa makan siang Sang Komandan dan pasukan. Mereka makan sambil jongkok, mengerubungi sebuah baskom berwarna putih kekuningan yang isinya nasi dicampur dengan ayam bumbu sisa makan siang. Makannya berebutan kayak tawanan perang. Ketiganya tercekat saat ketemu Pak Joko, salah seorang kreatif menegur “makan, Dan! (Komandan)”. “Hahahahahahahahahahahahahahahahaha.......” Aku spontan tertawa terpingkal pingkal. Pak Joko terdiam, raut mukanya campur baur, antara geli, kasian dan jengkel karena tidak segera siap bergerak. Usut punya usut, makan siang yang disamber teman teman tadi adalah sisa makan siang pasukan dan Sang Komandan. Karena siang itu kita tiba di pos, waktu makan siang sudah lewat, jadi tidak ada jatah makan siang. Entah siapa yang menemukan dan memulai, ada sisa makanan langsung diserbu tanpa ba-bi-bu oleh teman temanku.
Pak Joko balik kanan, aku masih dalam kondisi tertawa, memberitahu mereka untuk segera bersiap karena Bambang Dharmono yang biasanya disebut BD segera datang ke lokasi. Mereka cuek melanjutkan makan, aku sakit perut menahan geli. Terbayang kalau seterusnya jadi tentara pasti menderita dalam operasi operasi di medan perang.
(To be continued)
2 komentar:
Yach.. Mas alam ceritanya bersambung lg.. Emang msh ada "kelucuan" lain dari para wartawan perang..
AB,
terimakasih buat "oleh-oleh" di rumah sakitnya yaaa..
so special dan..bener2 menyembuhkan!
^_*
Posting Komentar