Wartawan Sok Perang 3
Beberapa wartawan ikut penyerbuan marinir ke markas Darwis Jenib di Blang Rheum, Bireun, hasilnya nihil, malah dapat friendly fire.
Aku masih tertawa saat pak Joko balik kanan. Teman teman yang ngembat jatah komandan, usai makan bergegas ambil peralatan liputan, nggak mau ketinggalan moment tentunya.
Ok, siap berangkat... jalan kaki lagi.
Sekitar 15 menit kita nyampe di sebuah rumah semi permanen. Dinding rumah, papan yang disusun saling menumpuk dan kemudian dicat dengan cat dari kapur warna putih kekuningan. Oo, ternyata itulah rumah persembunyian Darwis Jeunib. Pasukan Dua yang tidak ikut ke bukit, yang melakukan penyergapan.
Belum sempat lihat dan masuk ke rumah, tiba tiba rombongan Pangkoops Brigjend Bambang Dharmono tiba di lokasi. Langsung serempak para tentara menunjukkan “kepatuhannya” dengan berdiri berjejer. BD dengan cueknya melewati pasukan dan langsung menuju ke dalam rumah. 5 menit saja di dalam rumah cukup untuk membuncahkan kemarahan Pangkoops.
BD marah besar karena rumah kediaman tempat persembunyian terakhir Darwis Jeunib telah diobrak abrik oleh tentara yang melakukan penyergapan. Dengan suara yang lantang, BD memanggil, “Mana Komandan!!!”. Segera pasukan membebek dan berbaris. Sebagian rapi berbaris sebagian lain masih berjaga di sekeliling rumah. Aku berada sekitar 5 meter di belakang BD. Tiba tiba dengan tongkat komandonya BD menggetok kepala Letkol. Joko didepan pasukannya. Tak puas, BD langsung memaki-maki, “goblog, kenapa diobrak-abrik?!”, tentu saja BD tidak perlu jawaban atas pertanyaannya. Semua pasukan terpekur. Ocehan masih berlanjut, dan lagi-lagi tongkat komando ikut bicara dengan menggetok kepala Letkol. Joko.
Aku mundur sekitar 5 meter lagi dari posisi semula, untuk jaga perasaan Letkol. Joko. Ocehan BD masih belum tuntas dalam sepuluh menit. Aku berdiri persis disamping seorang marinir yang masih dalam posisi berjaga. Tiba-tiba, tanpa ditanya, tanpa basa-basi, dia bilang ”Sekali lagi dia (BD) pukul komandan, aku tembak!!!”, maak, kaget aku. Untungnya BD selesai, nggak kebayang kalau tiba tiba BD memukul lagi dan kemudian sang marinir memenuhi janjinya untuk meletupkan senjata, wuiiih....
Akhirnya, BD pulang setelah sebelumnya wartawan mewawancarainya. Inti wawancara, BD kecewa dengan operasi yang gagal dan sembrono dengan mengobrak-abrik rumah. BD menilai perilaku itu tidak etis, dan justru menimbulkan ketidaksimpatian warga atas TNI.
Bergegas aku masuk rumah, dan benar saja, meja, kursi, TV bergelimpangan. Sepertinya para tentara melampiaskan kekecewaanya atas operasi yang bocor.
Sial betul, Letkol.Joko hari itu, operasi penyergapan di bukit gagal, operasi penyergapan di rumah pelarian Darwis jeunib gagal, sisa makan siang diembat wartawan, sorenya digetok dua kali di depan pasukan sendiri.
Jadi tentara, emang seperti jalan tanpa kepala ya... semua tergantung komandan, semua tergantung Jendral. Kalaupun ada yang berani dengan jendral adalah senjata yang siap menyalak.
Tamat
Almost everything we call "higher culture" is based on the spiritualization and intensification of cruelty- this is my proposition; the "wild beast" has not been laid to rest, it lives, it flourishes, it has merely become-deified.(Friedrich Nietzsche, Beyond Good and Evil, 1885).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017
TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...
-
17 Agustus 2009, hari ini, aku bebas merdeka,… seharusnya ada acara wajib, upacara 17-an pukul 6.30 pagi di kantor, tapi aku dengan kemerdek...
-
1 of 3 2 of 3 3 of 3 Ini adalah Episode program Telisik di ANTV dengan judul Bisnis Narkoba di Dalam Penjara. Episode ini diputar pada Agust...
-
HANTU FENOMENAL DI KBRI WASHINGTON DC Oleh: Alam Burhanan Di Virginia, AS “Mas, tadi malam saya denger main pianonya bagus sekali”...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar