Selasa, 24 Oktober 2017

JANGAN BEREBUT TUHAN, BERBAGI SAJA

JANGAN BEREBUT TUHAN, BERBAGI SAJA
Oleh: Alam Burhanan
di Virginia, US

Musik gospel mengisi ruang utama gereja Epiphany di tengah kota Washington, DC. Lima orang pemainya sedang berlatih untuk acara hari selasa depan. Saat itu hari Jumat, sekira pukul 10.00, waktu pantai timut AS. Musim dingin jelang natal 2016.

Saat mereka berkemas usai latihan, pendeta Patricia menuju ke bagian depan ruang itu. Seorang tunawisma membantunya membopong meja. Sekitar sepuluh orang jamaah sudah menunggu untuk belajar harian bersama kitab Injil. Tunawisma itu duduk di pojok barisan depan.

Belajar dimulai, semua memegang alkitab, tapi tunawisma tua itu tidak. Ada banyak alkitab di dekatnya, tapi dia tidak menyambutnya. Mungkin dia lupa meletakkan kacamata bacanya atau entahlah aku tak sempat bertanya.

Gereja ini, memang membantu rutin para tunawisma dengan memberikan makanan harian pada orang yang kurang beruntung ini. Muslim dan agama lain juga diajak kerjasama menyediakan makanan untuk tunawisma. Jumat siang itu, sup hangat menu tepat di kala dingin disiapkan.

Para tunawisma juga sering menjadikan ruang utama gereja menjadi tempat istirahat atau mencari ruang hangat saat suhu di luar dingin membeku.

Tujuh tunawisma berada di sudut  lain gereja. Mendekap erat selimut, merapatkanya ke badan. Sebagian asik mendengarkan musik dari radio usang yang dipasang tanpa headphone. Suaranya terdengar radius tiga meter.

Sebagian muslim, terlihat dari busananya mulai memasuki gereja kurang dari pukul 12.00. Tak lama setelah pelayanan alkitab pendeta Patricia usai beberapa muslim sigap menggelar sajadah sajadah, sebagian lain membantu pendeta Patricia berkemas usai.

Setiap hari jumat, gereja ini dipakai untuk sholat jumat bagi muslim di Washington DC. ADAMS Center, organisasi muslim terbesar di Washington DC Area menyewa gereja ini untuk sholat jumat.

Mahalnya lahan, bangunan dan sewa bangunan menjadi alasan kerjasama dengan gereja Epiphany. Gereja menyambutnya. Gereja tak menganggap sebagai pesaing keyakinan apalagi musuh. Berbagi ruang bertemu Tuhan  masing-masing keyakinan.

Dua rabbi Yahudi dan beberapa jamaahnya datang ke gereja menyaksikan muslim ibadah.

Imam Suhaib Webb, seorang mualaf memberi khutbah. Peningkatan keimanan dan toleransi adalah ujarannya hari itu. Imam Suhaib dulu seorang DJ HipHop, kakeknya seorang pendeta. Dia memeluk Islam dan mencari ilmu hingga ke timur tengah. Belajar AlQuran di Azhar, Kairo, Mesir dan tempat lain. Sempat pula tinggal beberapa lama di Malaysia. Tak  mau belajaar setengah setengah.

Tunai ibadah sholat jumat, direktur ADAMS Center Washington DC Farooq Syed, meminta jamaah untuk tetap tinggal beberapa saat. Dia mengundang rabbi  Yahudi untuk maju ke depan. Berdampingan dengan Imam Suhaib, dia menyatakan mendukung muslim dari ancaman Islamophobia. Islam agama damai ucapnya, jangan jadikan kekerasan oleh sebagian muslim radikal sebagai alat pembenar bahwa Islam merestui kekerasan.
Dia menyatakan mendukung umat Islam bila diperlakukan tidak adil.
Tanya jawab singkat sempat terjadi antara rabbi dan jamaah muslim, selebihnya berpelukan pamit pulang.

Hari ini tiga agama sekaligus meruang mewaktu bersama. Kristen, Islam dan Yahudi di gereja Epiphany, sebuah gereja tua berjarak satu kilometer saja dari Gedung Putih, kantor presiden AS.

Hari ini tiga agama sekaligus meruang mewaktu bersama saling menguatkan.


Hari ini tiga agama sekaligus meruang mewaktu bersama mencari Tuhan mereka.

Tidak ada komentar:

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...