JANGAN BEREBUT TUHAN, BERBAGI SAJA
Oleh: Alam Burhanan
di Virginia, US
Musik gospel mengisi ruang utama gereja Epiphany di tengah
kota Washington, DC. Lima orang pemainya sedang berlatih untuk acara hari
selasa depan. Saat itu hari Jumat, sekira pukul 10.00, waktu pantai timut AS.
Musim dingin jelang natal 2016.
Saat mereka berkemas usai latihan, pendeta Patricia menuju
ke bagian depan ruang itu. Seorang tunawisma membantunya membopong meja.
Sekitar sepuluh orang jamaah sudah menunggu untuk belajar harian bersama kitab
Injil. Tunawisma itu duduk di pojok barisan depan.
Belajar dimulai, semua memegang alkitab, tapi tunawisma tua
itu tidak. Ada banyak alkitab di dekatnya, tapi dia tidak menyambutnya. Mungkin
dia lupa meletakkan kacamata bacanya atau entahlah aku tak sempat bertanya.
Gereja ini, memang membantu rutin para tunawisma dengan memberikan
makanan harian pada orang yang kurang beruntung ini. Muslim dan agama lain juga
diajak kerjasama menyediakan makanan untuk tunawisma. Jumat siang itu, sup hangat
menu tepat di kala dingin disiapkan.
Para tunawisma juga sering menjadikan ruang utama gereja
menjadi tempat istirahat atau mencari ruang hangat saat suhu di luar dingin
membeku.
Tujuh tunawisma berada di sudut lain gereja. Mendekap erat selimut, merapatkanya
ke badan. Sebagian asik mendengarkan musik dari radio usang yang dipasang tanpa
headphone. Suaranya terdengar radius tiga meter.
Sebagian muslim, terlihat dari busananya mulai memasuki
gereja kurang dari pukul 12.00. Tak lama setelah pelayanan alkitab pendeta
Patricia usai beberapa muslim sigap menggelar sajadah sajadah, sebagian lain
membantu pendeta Patricia berkemas usai.
Setiap hari jumat, gereja ini dipakai untuk sholat jumat
bagi muslim di Washington DC. ADAMS Center, organisasi muslim terbesar di
Washington DC Area menyewa gereja ini untuk sholat jumat.
Mahalnya lahan, bangunan dan sewa bangunan menjadi alasan
kerjasama dengan gereja Epiphany. Gereja menyambutnya. Gereja tak menganggap
sebagai pesaing keyakinan apalagi musuh. Berbagi ruang bertemu Tuhan masing-masing keyakinan.
Dua rabbi Yahudi dan beberapa jamaahnya datang ke gereja
menyaksikan muslim ibadah.
Imam Suhaib Webb, seorang mualaf memberi khutbah. Peningkatan
keimanan dan toleransi adalah ujarannya hari itu. Imam Suhaib dulu seorang DJ
HipHop, kakeknya seorang pendeta. Dia memeluk Islam dan mencari ilmu hingga ke
timur tengah. Belajar AlQuran di Azhar, Kairo, Mesir dan tempat lain. Sempat
pula tinggal beberapa lama di Malaysia. Tak
mau belajaar setengah setengah.
Tunai ibadah sholat jumat, direktur ADAMS Center Washington
DC Farooq Syed, meminta jamaah untuk tetap tinggal beberapa saat. Dia
mengundang rabbi Yahudi untuk maju ke
depan. Berdampingan dengan Imam Suhaib, dia menyatakan mendukung muslim dari
ancaman Islamophobia. Islam agama damai ucapnya, jangan jadikan kekerasan oleh
sebagian muslim radikal sebagai alat pembenar bahwa Islam merestui kekerasan.
Dia menyatakan mendukung umat Islam bila diperlakukan tidak
adil.
Tanya jawab singkat sempat terjadi antara rabbi dan jamaah
muslim, selebihnya berpelukan pamit pulang.
Hari ini tiga agama sekaligus meruang mewaktu bersama.
Kristen, Islam dan Yahudi di gereja Epiphany, sebuah gereja tua berjarak satu
kilometer saja dari Gedung Putih, kantor presiden AS.
Hari ini tiga agama sekaligus meruang mewaktu bersama saling
menguatkan.
Hari ini tiga agama sekaligus meruang mewaktu bersama
mencari Tuhan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar