MAKRIFAT KENTUT
Oleh: Alam Burhanan
Negara Malawi pernah mengajukan Undang
Undang yang melarang kentut di tempat umum. Hukumannya pidana.
Hampir
semua budaya menganggap kentut adalah brutal, aib, penuh kekasaran, dan tak
hormat.
Sempat
pula ada cerita bahwa tentara Amerika saat di Afghanistan dilarang untuk kentut
bersuara di tempat umum. Padahal kentut itu terkadang susah dipisahkan dengan
bunyi. Persis seperti hujan deras dan geledek.
Jalan
bagus untuk kentut itu adalah cepat-cepat ke bilik WC dan dilepaskan di sana
dengan segala kenikmatannya.
Semua
pelarangan kentut adalah upaya agar hubungan sesama teman, sesama manusia lebih
selaras.
Tidakkah
kita kasian dengan kentut?
Manusia
itu rata rata melepaskan kentut 14 kali sehari. Jadi sebenarnya kentut itu
diakui atau tidak ada di udara kita.
Dokter
juga menyarankan jangan tahan dan tunda kentut. Kentut itu sehat.
Orang
sehabis operasi juga terkadang ditunggu kentutnya oleh dokter.
Petugas
medis suka nanya, “sudah kentut belum?”, kalau kita jawab “belum” dia lantas
bilang “ditunggu ya”. Tuh…
Jikalau
kita bilang “sudah kentut”, dokter atau suster bilang “wah bagus…” ada juga
yang lantas bilang “Alhamdulillah”.
Kalau
secara kesehatan sudah gemilang terbukti bahwa kentut oke dan sehat, sekarang
kita lihat kentut dalam perspektif sosial.
Siapa
yang berani kentut di depan orang yang sedang ditaksirnya? Bau lagi… nggak ada!
Nggak berani!
Ada yang
berani kentut di saat rapat kantor? Mungkin ada… tak nggak akan ngaku.
Dalam
konteks sosial kentut itu adalah bentuk sedekat-dekatnya hubungan. Kalau kita
sudah sangat dekat dan tidak lagi jaim, kentut hanya kenikmatan.
Teman
dekat, istri, suami tidak lagi menganggap kentut adalah bentuk perusak tatanan
sosial, perusak hubungan.
Ada hal
yang lebih penting dari persoalkan kentut.
Kentut
bukan lagi dianggap senjata dalam diam tapi mematikan.
Kalau
tingkat kita sudah menyatu, kentut itu adalah bentuk kedekatan optimal sesama
manusia.
Saat kita
tak lagi malu dengan kentut kita di dekat orang lain, artinya kita sangat dekat
dengan mereka. Kita menyatu dengan mereka.
Kentutmu
adalah kentutku juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar