Kamis, 13 Agustus 2009

Noordin, oh… Ibrahim!!!

Sejak pengepungan Sabtu, 8 Agustus 2009, nama Noordin kembali merogoh perhatian publik. 17 jam dikepung hasilnya “saya Noordin….!!!!..... eh, tapi bohong!!!”, dan terkaparlah Noordin palsu itu setelah beton bangunan dan genting menghujani kepalanya. Beton berguguran akibat bom yang dilesakkan ke dalam WC itu, diledakkan oleh Densus 88 anti tekor, eh.. anti terror!!!.

Siapapun yang di dalam rumah Mozahri di desa Beji, Kedu, Temanggung itu, pastilah semangat berkurbannya sudah mencapai ubun-ubun. Tak kenal takut, tak kenal menyerah karena asa agar sang Noordin asli bisa menghilang, paling tidak dia bisa memperpanjang umur Noordin asli selama dia masih bisa bertahan hidup.

Ceritanya, saat pengepungan, ribuan peluru dilontarkan, gas air mata dijejalkan sejak malam, listrik dan air dimatikan, bom diledakkan, tapi Ibrahim tetap bertahan hingga sekitar pukul sepuluh pagi. Bahkan saat polisi merangsek masuk untuk memastikan bahwa “Noordin” tewas, polisi masih merasakan cekatan bau mesiu dan gas air mata yang mengabut.

Rabu, 12 Agustus 2009, POLRI mengumumkan bahwa sang korban, si Noordin “palsu” itu adalah Ibrahim… Sopo tho Ibrahim iki?

Ibrahim ini,…(sst menurut polisi) adalah salah seorang perencana pemboman hotel JW Marriot dan Ritz Carlton pada 17 Juli silam.

Ibrahim bukan orang yang direkrut kala dia sudah jadi florist di Hotel Ritz Carlton, tetapi memang orang yang sengaja diselundupkan sebagai pegawai, selama lebih dari dua tahun… sabar banget.

Ibrahim adalah orang kunci dalam inti sel Jakarta dan Bogor. Menurut keterangan Amir Abdillah, tersangka teroris yang tertangkap di Koja 8 agustus 2009, Ibrahim adalah perencana operasi pengeboman hotel JW Marriot dan Ritz Carlton.

Sejak awal, Ibrahim yang sudah menikah dan punya dua anak di Kuningan, Jawa Barat, terlibat dalam perencanaan pemboman.

Pada Juni 2009, kelompok Jakarta dan Bogor, menyewa Safe House di Pondok Jaya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Harga sewa Rp.800.000. Penyewanya adalah Saifuddin Juhri, teman mertuanya Noordin M Top, tapi KTP yang diberikan adalah KTP Ibrahim.

8 Juli 2009 suicide bomber, Dani Dwi Permana, bersama dengan Ibrahim berangkat dari safe house Mampang menuju hotel Ritz Carlton untuk meninjau lokasi.Sekitar pukul 05.50 pagi, Ibrahim dan Dani masuk melalui pintu pegawai. Ibrahim lalu mengajak Dani untuk meninjau ke Restoran Airlangga. Ibrahim ditegur oleh pegawai tetapi Ibrahim dibiarkan masuk karena sudah saling mengenal.

Setelah survey di Restoran Airlangga, pukul 06:08:52 pagi, Dani dan Ibrahim kembali ke ruang pegawai Ritz Carlton. Ibrahim lalu membawa kardus (yang nantinya akan diisi dengan bom rakitan) keluar bersama Dani. Ibrahim bekerja dan Dani pulang kembali ke Mampang. Belum diketahui kapan Ibrahim mengantarkan suicide bomber untuk meninjau lokasi Restoran Syailendra Hotel JW Marriot.

15 Juli 2009, Ibrahim menyewa mobil bak terbuka seharga Rp.250.000, disewa dari warga sekitar Safe House Mampang.

16 Juli 2009, Mobil sudah diisi dengan bunga bunga. Bom rakitan dimasukkan kardus dan diselipkan diantara kardus dan tumpukan bunga. Pukul 06.30 WIB mobil berisi bunga dan bom rakitan yang sudah siap ledak masuk ke hotel Ritz Carlton melalui lodging-dock, tempat untuk masuknya barang-barang keperluan hotel, khusus pada orang yang sudah dikenal atau pegawai. Ibrahim berperan mengatur pengantaran, dan mengangkat sendiri kardus berisi bom rakitan. Sang sopir sempat hendak membantu membawa kardus yang berisi bom rakitan siap ledak, tapi Ibrahim melarangnya.

16 Juli 2009, pukul 14.00, sampah dan bunga- bunga dibuang oleh Danni dari kamar hotel JW Marriots, tentu saja kardus berisi bom disembunyikan dulu saat petugas Room Boy datang.

17 Juli 2009, terjadi pengeboman target utamanya adalah pertemuan bisnis, Breakfast Meeting, Castle Group, pemimpin perusahaan yang berafiliasi dengan AS. Rencana sebelumnya pengeboman hanya dilakukan di Hotel JW Marriots tempat pertemuan bisnis, tapi Ibrahim minta agar operasi dikembangkan juga ke hotel Ritz Carlton karena dia memiliki akses ke dua hotel itu. Setelah hari pengeboman, Ibrahim menghilang dan akhirnya nyangkut di Temanggung.

Sepak terjang Ibrahim cukup mencengangkan, sabar dan telaten. Apa yang menyebabkan Ibrahim terlibat terror bom? Pastilah karena hal yang sangat prinsip di mata dia, masalah ideologi mungkin… hhhmm tapi apakah ada ideologi yang membenarkan kekerasan? Ada nggak ya?

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Media framing.... cerita yang off the record-nya dong! ;)

-dp-

Anonim mengatakan...

Sekali lagi saya cuma bisa bilang mas Alam melihat dari sisi wartawannya (emang iya sich)aja. Kadang saya pikir mas Alam bisa menulis dari sisi keluarga Densus 88-antitekor ya???:)Biar gak berat sebelah/ gak timpang/ biar adil. Mereka juga manusia biasa kok:)Ninggalin anak+istri/orang tua/ kekasih untuk tugas juga.

luv:aq

Alam Burhanan mengatakan...

@ Media framing.... cerita yang off the record-nya dong! ;)

*** Off the record diperlakukan layaknya off the record, hehehehe...


@ Sekali lagi saya cuma bisa bilang mas Alam melihat dari sisi wartawannya (emang iya sich)aja. Kadang saya pikir mas Alam bisa menulis dari sisi keluarga Densus 88-antitekor ya???:)Biar gak berat sebelah/ gak timpang/ biar adil. Mereka juga manusia biasa kok:)Ninggalin anak+istri/orang tua/ kekasih untuk tugas juga.

*** hihihi, polisi juga manusia...

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017

TEROR DI MANHATTAN, 31 OKTOBER 2017 Oleh: Alam Burhanan Virginia, USA Mendengar kabar ada serangan yang mematikan, mende...